4 Upacara Adat Sulawesi Selatan: Makna dan Cara Pelaksanaan
Sama seperti wilayah lain di Indonesia, ada berbagai upacara adat Sulawesi Selatan.
Nah, berbagai upacara adat ini memiliki makna yang berbeda dan cara pelaksanaan yang berbeda. Apakah teman-teman sudah pernah melihat atau mengikuti upacara adat Sulawesi Selatan? Ketahui empat upacara adat di Sulawesi Selatan yang memiliki berbagai makna dan cara pelaksanaan yang berbeda berikut ini, yuk!1. Rambu Tuka' (Toraja)
Raumbu tuka adalah salah satu upacara adat Sulawesi Selatan yang digelar oleh masyarakat Suku Toraja. Upacara adat ini bermakna sebagai ungkapan rasa syukur atau suka cita. Biasanya, upacara ini akan diadakan untuk syukuran rumah, hasil panen yang melimpah dan baik, maupun ungkapan kegembiraan lainnya. Uniknya, upacara ini diyakini sudah berlangsung bersamaan dengan kedatangan manusia di Bumi, lo. Saat perayaan upacara ini, ada berbagai persembahan yang diberikan oleh masyarakat kepada para dewa dan leluhur. Berbagai persembahan yang dipersembahkan kepada para leluhur bermakna sebagai permohonan agar mendapatkan berkat dan berbagai kebutuhan hidup di dunia.
2. Ma'nen'e (Toraja)
Selain rambu tuka', upacara adat Sulawesi Selatan yang juga diadakan oleh masyarakat Suku Toraja adalah Ma'nen'e. Upacara Ma'nen'e ini dilakukan sebagai tanda untuk menghargai para leluhur yang sudah meninggal. Upacara adat ini dilakukan dengan cara orang akan melakukan ziarah atau mengunjungi makam leluhur dan mengganti pakaian serta sarung yang digunakan oleh jenazah leluhur yang sudah meninggal. Setelah pakaian dan sarungnya diganti, jenazah leluhur ini akan dijemur selama beberapa saat, kemudian dimasukkan lagi ke dalam peti. Makna dari upacara adat Sulawesi Selatan Ma'nen'e ini sendiri adalah untuk menghargai dan mengingat kembali para leluhur yang sudah meninggal.
3. Accera Kalompoang (Gowa)
Gowa juga memiliki upacara adat, yaitu Accera Kalompoang, yang diadakan setiap hari raya Iduladha. Tujuan dari upacara ini adalah sebagai persembahan untuk Kerajaan Gowa dan diadakan selama dua hari berturut-turut. Dalam upacara adat Sulawesi Selatan ini, ditandai dengan kerbau yang disembelih, juga pemanggilan leluhur. Pada hari kedua, upacara dilakukan dengan mengambil air dari sebuah sumur yang ada di Katangka, Gowa dan air ini kemudian diarak oleh masyarakat sekitar yang memakai pakaian adat.
4. Rambu Solo (Toraja)
Kalau Ma'nen'e adalah upacara untuk mengenang para leluhur, maka upacara adat Sulawesi Selatan bernama Rambu Solo yang berasal dari Toraja ini adalah upacara pemakaman yang dilakukan secara adat. Pada upacara ini, maka keluarga orang yang meninggal akan melakukan penghorman terakhir kepada orang yang sudah meninggal. Dalam bahasa Toraja, kata rambu solo berarti asap yang mengarah ke bawah. Uniknya, upacara Rambu Solo ini diadakan saat matahari terbenam, karena rambu solo terdiri dari tiga kata, yaitu aluk atau keyakinan, dan rambu yang berarti asap atau sinar, dan turun. Saat menggelar upacara Rambu Solo, orang yang datang ke upacara itu akan memberikan kerbau atau babi kepada keluarga yang berduka, sebagai tanda ikatan darah. Itulah empat upacara adat Sulawesi Selatan yang sampai saat ini masih diadakan sebagai tanda kekayaan tradisi Indonesia.
Ditulis oleh : Hanny Angelina Jelita
Komentar
Posting Komentar